Thursday, March 31, 2016

4 Hal yang Harus Diperhatikan dalam pengaturan Ruang Kelas yang Baik



Patut diperhatikan bahwa kelas merupakan lingkungan yang harus dijaga agar nyaman digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, baik oleh guru maupun siswa. Ruang yang tidak begitu luas digunakan berinteraksi oleh sekitar tiga puluh siswa setiap hari. Di dalamnya, guru dan siswa akan melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan pembelajaran.


Saat pengaturan ruangan, seorang guru patut memperhatikan hal-hal yang dapat merusak kenyamanan. Jangan sampai ruangan tidak tertata dengan baik karena dapat mengganggu aktivitas belajar siswa. Guru harus memastikan untuk menggunakan ruangan secara efesien. Oleh karena itu, seorang guru harus benar-benar mengetahui cara mengatur  ruangan yang baik.

Berkaitan dengan pengaturan ruang kelas, guru harus membagi ruangan menjadi beberapa area guna memudahkan menjalin komunikasi dengan siswanya. Oleh sebab itu, guru perlu memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan penataan ruang kelas berikut ini:

1.      1. Area yang Memiliki Aktivitas Tinggi
Area yang memiliki aktivitas tinggi seringkali menimbulkan kegaduhan atau konflik antarsiswa sehingga guru harus memiliki perhatian khusus. Aktivitas tinggi terkadang terjadi dalam situasi kerja kelompok serta pada area sekitar rak buku atau penyimpanan arsip. Area tersebut harus ditata dengan cermat
Ketika area yang sering digunakan siswa beraktivitas tidak nyaman, maka kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu. Hal tersebut tentu menyulitkan guru dalam berkomunikasi dengan muridnya. Oleh sebab itu, area yang memiliki aktivitas tinggi harus diberi jarak yang cukup dari wilayah lain.

2    2. Dapat Memantau Siswa dengan Mudah
Pemantauan terhadap para siswa merupakan salah satu tugas pokok yang harus dilakukan seorang guru. Keberhasilan memantau siswa sangat tergantung pada kemampuan guru mengamati siswanya sepanjang waktu pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diberikan jarak yang cukup jelas di setiap area pembelajaran, misalnya antara meja guru dengan siswa. Hal tersebut berguna untuk mengamati aktivitas seluruh siswa.
Guna memudahkan pemantauan terhadap siswa, guru harus memperhatikan tata letak peralatan. Jangan sampai alat-alat bantu ajar menghalangi pandangan siswa ke guru dan sebaliknya. Sebagai contoh, letak lemari harus dipastikan tidak mengganggu kelancaran komunikasi di dalam kelas. Oleh karena itu, lemari harus ditempatkan secara mudah dijangkau oleh guru dan siswa, tetapi tanpa harus menghalangi pandangan.

3 3. Kemudahan dalam Pengambilan Bahan Pembelajaran dan Perlengkapan Siswa
Akses yang mudah dalam melakukan pengambilan perlengkapan atau bahan-bahan pembelajaran dapat mempersingkat waktu pengembalian dan penataan ulang. Bahkan, hal itu dapat mencegah keterlambatan memulai proses pembelajaran. Saat guru atau siswa mengalami kesulitan mengambil suatu bahan yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, maka ada waktu yang terbuang sia-sia. Hal semacam itu tentu mengurangi kesempatan guru berkomunikasi dengan siswa dan sebaliknya.
  
4. 4. Memastikan Siswa Dapat Melihat Presentasi dan Tampilan Seluruh Kelas
Guru harus mengatur posisi yang tepat saat siswa melakukan presentasi dan diskusi yang melibatkan seluruh kelas. Hal ini harus diperhatikan karena posisi yang kurang tepat dapat menimbulkan kekacauan saat proses pembelajaran. Misalnya, ketika melakukan diskusi, boleh jadi siswa-siswa membentuk suatu lingkaran atau bergerombol di beberapa titik. Guru perlu memastikan seluruh siswa menghadap ke layar OHP (overhead projector) ataupun papan tulis tanpa harus memindahkan kursi masing-masing. Apabila posisi duduk siswa-siswa sat melakukan diskusi kurang tepat, mereka harus melakukan pergeseran kursi atau meja sehingga titik perhatian menjadi bergeser dari tempat duduk sebelumnya. Akibatnya, terjadi kekacauan berupa kebisingan suara kursi atau meja. Hal tersebut tentu saja memecah konsentrasi serta komunikasi yang dijalin sejak awal.

Monday, March 28, 2016

Optimalisasi Kegiatan Ekstrakurikuler



Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan pada sore hari. Ekstrakurikuler ini bias dimanfaatkan untuk membangun komunitas belajar sesuai dengan bakat siswa. Waktu yang longgar bias digunakan untuk menggali dan mengembangkan bakat secara maksimal. Mengingat bakat siswa yang berbeda-beda, maka dalam ekstrakurikuler komunitas belajar yang dibangun banyak digunakan untuk menampung bakat siswa.


Dengan diadakannya ekstrakurikuler, sekolah juga bias fokus pada satu bidang yang dikembangkan sebagai identitas utama yang menjadi keunggulan sekolah. Misalnya, sekolah menetapkan bahasa inggris sebagai keunggulan sekolah, maka ekstrakurikuler dimaksimalkan waktunya untuk menguasai bahasa inggris, baik dari sisi grammar, speaking, listening, writing, maupun yang lainnya. Sehingga, setiap siswa yang belajar di sekolah tersebut dijamin bias berbahasa inggris dengan baik.

Suksesnya program ini membutuhkan SDM yang berkualitas dari guru pendamping yang setiap saat memantau perkembangan siswa, baik dalam hal kedisiplinan, konsistensi, maupun kepercayaan diri mereka dalam mengembangkan kemampuan bahasa inggris. Komitmen SDM ini sangat dibutuhkan, karena bahasa adalah factor lingkungan. Ketika lingkungan mendukung, maka program ini bias dijalankan dengan sukses.

Dukungan pemegang kebijakan, mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, hingga semua jajaran guru dan wali siswa sangat menentukan kesuksesan program ini. Dukungan yang harus diberikan adalah ikut berpartisipasi aktif dalam suksesnya program ini dengan aktif berbahasa inggris, mengatur manajemen professional dan akuntabel, mewajibkan semua guru untuk berbahasa inggris dan selalu terbuka inovasi baru yang memperkuat program yang ada.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2014. Tips Membangun Komunitas Belajar di Sekolah. Diva Press:Yogyakarta

Sunday, March 27, 2016

Peran Perpustakaan Demi Terciptanya Prestasi Yang Gemilang



Sumber Ilustrasi: http://www.beranda.co.id/10-perpustakaan-di-dunia-yang-bikin-kamu-betah-membaca/28027/
Perpustakaan mempunyai peran vital sebagai pendobrak kebekuan intelektual siswa menuju terciptanya prestasi demi prestasi yang mencengangkan. Menurut Drs. Ibrahim Bafadal, M.Pd, perpustakaan bermanfaat untuk menimbulkan kecintaan siswa terhadap membaca, memperkaya pengalaman belajar siswa, menanamkan kebiasaan belajar mandiri pada siswa, mempercepat proses penguasaan teknik membaca, membantu perkembangan percakapan berbahasa, melatih mental tanggung jawab pada siswa, memperlancar siswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas sekolah, membantu guru untuk menemukan sumber-sumber pengajaran, serta menolong siswa, guru dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan serta kemajuan pengetahuan dan teknologi.

Sementara itu, perpustakaan sekolah sendiri juga memiliki fungsi yang bermacam-macam. Pertama, fungsi edukatif. Perpustakaan berfungsi mendidik siswa untuk membiasakan diri belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik individu maupun kelompok. Perpustakaan dapat meningkatkan ketertarikan siswa untuk membaca. Kedua, fungsi informative. Perpustakaan menyediakan bahan-bahan pustaka, baik berupa buku, majalah, bulletin, surat kabar, artikel, peta, maupun alat-alat pandang-dengar, seperti overhead projector, slide projector, filmstrip projector, televisi,video tape recorder,  dan sebagainya. Semua fasilitas ini memberikan informasi berharaga bagi siswa.

Ketiga, fungsi tanggung jawab administrative. Proses peminjaman dan pengembalian buku selalu dicatat oleh pustakawan. Ketika masuk ke perpustakaan, siswa menunjukkan kartu anggota atau kartu pelajar serta  tidak boleh membawa tas ataupun mengganggu teman-teman yang sedang membaca. Siswa yang terlambat mengembalikan buku dikenakan denda. Apabila buku yang dipinjam hilang, maka siswa harus menggantinya. Hal ini akan mendidik serta membiasakan siswa bersikap dan bertindak secara administrative.

Keempat,  fungsi riset. Siswa dan guru bias melakukan riset (penelitian), yakni dengan mengumpulkan data atau keterangan sesuai kebutuhan. Misalnya, ada siswa yang ingin meneliti kehidupan masyarakat pada abd ke-17 atau guru ingin meneliti factor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi, maka mereka dapat melakukan riset literature yang dikenal dengan library research (penelitian pustaka)

Kelima,  fungsi rekreatif. Ketika siswa mengunjungi perpustakaan, mereka akan mengalami rekreasi psikologis. Misalnya saat siswa membaca buku tentang kota Malang, yang didalamnya terdapat banyak gambar gedung, tempat pariwisata, hiburan dan lain-lain, maka secara psikologis mereka telah rekreasi ke kota Malang yang indah. Perpustakaan dapat dijadikan sebagai tempat mengisi waktu luang, misalnya saat istirahat dengan membaca novel, roman, majalah, surat kabar dan lain-lain.

Sayangnya, banyak perpustakaan yang hanya menjadi symbol tanpa fungsi. Perpustakaan sekolah  kebanyakan sepi pengunjung, sedikit koleksi bukunya, serta tidak ada kegiatan-kegiatan seperti bedah buku, lomba menulis, latihan jurnalistik dan sejenisnya. Sehingga tidak akan menarik minat siswa. Selain itu, dorongan dari guru juga kurang maksimal.

Manajemen pengelolaan  perpustakaan harus transparan dan akuntabel, sehingga bias memberikan pelayanan yang maksimal dan memuaskan  bagi siswa dan guru. Pustakawan juga harus sosok yang aktif , seperti aktif melakukan sosialisasi buku-buku baru, membuat pamphlet-pamflet buku baru yang menarik dan tentu saja melengkapi peralatan teknologi modern seperti multimedia. Ketika istirahat di sekolah, perpustakaan harus membuat sensasi agar siswa tertarik mengunjungi perpustakaan. Misalnya dengan melakukan siaran percakapan bahasa inggris yang bias ditonton lewat televise yang ada diperpustkaan, menayangkan kisah singkat novel yang sudah difilmkan, serta langkah lain sehingga mereka mau mengunjungi perpustakaan.

Hal ini mutlak dilakukan jika perpustakaan ingin tampil sebagai pusat pengembangan kelimuan, penelitian dan keahlian. Implikasinya, jika perpustakaan mampu memainkan peran strategis ini, kualitas siswa akan meningkat tajam. Wawasan siswa juga akan bertambah luas, pemikiran mereka jauh ke depan, dan pola hidup mereka menjadi teratur, karena fokus pada cita-cita serta impian hidup yang harus diperjuangkan secara serius dan total.


Sumber

Asmani, Jamal Ma’mur. 2014. Tips Membangun Komunitas Belajar di Sekolah. Diva Press:Yogyakarta